Catatan Perjalanan :
Sekali
Menginjak Gas, Delapan Negara Bagian Terlampaui
8.
Bermalam Di Durango
Selasa, 25 April
2000, jam 8:30 pagi saya check out dari hotel dan langsung
melaju ke arah timur melalui jalan bebas hambatan Interstate-40.
Sekitar satu jam perjalanan saya keluar dari Interstate-40 dan
membelok ke selatan sejauh 10 km. Di sana ada Meteor Crater,
yaitu sebuah lokasi di tengah dataran luas berbatu dan bersemak
di mana pernah jatuh batu meteor yang lalu meninggalkan sebentuk
kawah.
Menurut para ahli
astrogeologi, diperkirakan sekitar 50.000 tahun yang lalu ada
sebuah meteorit yang beratnya ratusan ribu ton jatuh ke dataran
itu. Jatuhnya meteorit ini meninggalkan kawah sedalam 213 m. Saat
ini kedalaman kawah ini tinggal sekitar 168 m dengan garis tengah
hampir 1,6 km dan keliling lingkarannya sekitar 3,8 km. Perubahan
ini tentu akibat proses alam.
Di gedung utama,
selain disajikan berbagai informasi tentang peristiwa alam
berkaitan dengan benda-benda ruang angkasa, alat peraga termasuk
simulasi komputer, pemutaran film, museum astrogeologi, dsb. juga
bisa dijumpai seonggok contoh batu meteor seberat lebih 660 kg
yang setelah penemuannya lalu diberi nama diablo irons.
Melihat permukaan
kawah yang diperkirakan mirip dengan permukaan yang ada di bulan,
NASA pernah mengadakan pelatihan untuk astronot Apollo di tempat
ini. Bekas-bekas perlengkapan training itu masih ada
hingga kini, termasuk kapsul ruang angkasa Apollo. Berbagai hal
berkaitan dengan misi Apollo juga dipamerkan dengan sangat
lengkap.
***
Dari Meteor
Crate saya melanjutkan perjalanan menuju timur. Satu jam
kemudian, saya keluar lagi dari Interstate-40 menuju ke arah
Petrified Forest National Park. Ini adalah hutan taman nasional
yang tidak satupun dijumpai ada pepohonan di situ. Ya, karena
yang dimaksud dengan hutan di situ adalah hutan batu atau lebih
tepatnya bekas hutan yang pepohonannya sudah membatu (petrified).
Tahun 1962 daerah
ini dinyatakan sebagai daerah yang dilindungi, karena di kawasan
yang membentang sepanjang lebih 75 km ini terdapat reruntuhan
pepohonan yang sudah membatu yang beraneka warna dan gurun pasir
yang disebut Painted Desert, serta lukisan batu peninggalan
suku-suku Indian. Antara pepohonan batu dan gurun pada dasarnya
adalah berasal dari proses yang sama, yang menurut studi
paleontologi keduanya terbentuk pada jaman Triassic sekitar 225
juta tahun yang lalu.
Menyusuri rute petrified
forest ini sepintas nampak seperti banyak berserakan
batang-batang pohon. Baru setelah didekati akan tampak jelas
bahwa sebenarnya itu adalah batang-batang pohon yang telah
membatu yang mengandung mineral yang beraneka warna (tergantung
dari warna mineral yang membentuknya).
Jangan coba-coba ngantongin
sepotong batu dari sini. Jika tertangkap, minimal kena denda US$
300. Itu sebabnya secuil batu petrified yang dijual di
toko cendera mata bisa berharga US$ 25 hingga ratusan dollar
tergantung dari warna mineral yang dikandungnya. Indah dan
artistik memang, tentu bagi mereka yang sedikit paham tentang
latar belakang ilmu geologi.
***
Dari dua tempat
yang saya kunjungi itu, lagi-lagi saya merasakan bahwa bukan
sekedar kawah dan batu yang saya lihat, melainkan banyak sekali
informasi baru dan ilmu pengetahuan yang saya peroleh. Sarana
yang disediakan memungkinkan bagi siapa saja (termasuk anak-anak)
untuk menjadi dipermudah memahami berbagai peristiwa geologis
yang sayapun dulu untuk memahaminya susah setengah mati.
Rasanya tidak
sayang menyisihkan waktu dan uang untuk membeli obyek
kunjungan yang sudah diberi nilai tambah ini. Padahal di
Indonesia saya juga pernah menjumpai kawah dan saya juga pernah
menjumpai tanaman membatu yang saya baru tahu kalau istilahnya petrified.
Tapi ya seperti saya kemukakan sebelumnya, setelah mengunjungi
dan melihat, ya sudah itu saja.
***
Sekitar jam 1:30
siang, saya sudah berada kembali di Interstate-40 dan melanjutkan
perjalanan menuju ke perbatasan negara bagian New Mexico. Menurut
rencana semula, saya akan terus menuju ke kota Albuquerque dan
kemudian bermalam di kota Santa Fe (ibukota New Mexico).
Tapi tadi malam
ketika membuka-buka peta perjalanan, saya berubah pikiran. Jika
langsung menuju Santa Fe melalui Interstate-40 untuk kemudian
esoknya melanjutkan melalui Interstate-25 menuju ke Denver
(ibukota Colorado), maka pemandangan di sepanjang perjalanan akan
sangat monoton dan membosankan meskipun saya bisa melaju dengan
kecepatan 80 mil/jam (sekitar 130 km/jam).
Akhirnya lalu
kami putuskan setiba di kota Gallup (New Mexico) akan membelok ke
utara menuju arah Denver tetapi melalui rute tengah yang
bergunung-gunung dan akan melalui beberapa kota kecil, dengan
akibat saya hanya bisa melaju dengan kecepatan maksimum 55-65
mil/jam (sekitar 90-100km/jam). Perjalanan melalui kota-kota
kecil ini kata seorang teman di Colorado, Mas Bob Adibrata, lebih
bersuasana Amerika ketimbang lewat jalan mulus bebas hambatan
yang hanya akan menjumpai mobil dan tuck-truck raksasa
saja.
Maka siang itu, perjalanan dilanjutkan melalui kota-kota kecil di New Mexico yang pada umumnya mempunyai pemandangan alam yang kering mirip Arizona dengan di sana-sini dataran luas bebatuan dengan bukit-bukit menonjol berprofil aneh akibat proses erosi. Tonjolan-tonjolan bukit batupasir yang membentuk profil aneh ini cukup menarik dan banyak menghiasi sepanjang perjalanan di bagian utara negara bagian New Mexico. Menjelang sore saya sudah melintasi perbatasan dengan negara bagian Colorado. Tujuan saya adalah menuju kota Durango yang berada di sisi barat daya Colorado, sebelum naik ke punggungan barat pegunungan Rocky Mountain.
Sebenarnya
sebelum sampai ke Durango saya ingin mampir ke Taman Nasional
Mesa Verd, namun sayang waktunya sudah tidak mencukupi
karena saya perkirakan perlu waktu sekitar 2 jam untuk
mengunjungi tempat itu sedangkan hari sudah sore. Khawatir
terlalu malam tiba di Durango, maka perjalanan saya lanjutkan
saja, hingga sekitar jam 6:00 sore saya memasuki kota Durango.
Tidak terlalu sulit untuk mendadak mencari hotel murah di kota
kecil ini.
Bagi saya Durango
adalah sebuah kota kecil yang asri. Berada di ketinggian sekitar
1.981 m di atas permukaan air laut dan berpenduduk kurang dari
12.500 jiwa. Tidak terlalu padat untuk ukuran sebuah kota kecil
di Amerika.
Udara sore itu
cukup dingin dan menyegarkan setelah 4 hari perjalanan dalam
cuaca yang panas. Di jalan utama Durango masih bisa dijumpai
bangunan-bangunan lama yang sekarang dipakai untuk pertokoan,
bekas masa kejayaan industri pertambangan ketika di Amerika
sedang mengalami booming emas dan perak, di akhir abad 19.
Di kota Durango inilah kami bermalam.- (Bersambung)
Yusuf Iskandar
Bentang
alam Meteor Crater.
Di
bibir utara Meteor Crater